SUPER
QUANTUM TEACHER :
MEMBANGUN KULTUR BELAJAR RAMAH OTAK
Oleh Asep Mahfudz
PENDAHULUAN
Guru menjadi pusat perhatian karena
sangat besar peranannya dalam setiap usaha peningkatan sumber daya manusia. Tak ada usaha
inovatif dalam pendidikan yang dapat mengabaikan peranan guru. Penelitian di 29
negara mengungkapkan bahwa guru merupakan penentu paling besar terhadap
prestasi belajar siswa. Peranan guru semakin penting di tengah keterbatasan
sarana dan prasarana seperti di negara-negara berkembang.
Isu klasik yang muncul selama ini ialah
: usaha apa yang paling tepat untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui
peningkatan mutu guru? Apakah melalui penataran, pendidikan/penyetaraan, atau
melalui pelatihan menurut kebutuhan seperti dilakukan oleh sekolah negeri atau
swasta? Isu lain : manakah pilihan yang lebih tepat antara peningkatan
kesejahteraan (terutama gaji) bagi guru agar lebih termotivasi untuk bekerja?
Sesungguhnya hal tersebut tidak menjamin 100% untuk peningkatan mutu guru,
kalau guru itu sendiri tidak memiliki motivasi dan inovasi untuk mengubah pendidikan dan pembelajaran ke arah
yang lebih baik.
Membicarakan tentang guru dan dunia
keguruan ibarat mengurut benang kusut : dari mana mulai dan pada titik mana
berakhir? Tentunya jawaban atas pertanyaan tersebut tergantung pada sudut
pandang mana yang digunakan dalam melihat guru. Untuk meningkatkan kualitas
guru harus dilakukan melalui factor internal dan eksternal.
Faktor
eksternal, guru harus banyak diberi pendidikan dan pelatihan berbagai
keterampilan mengajar (metode pembelajaran) dari para penyelenggara pendidikan
baik pemerintah maupun swasta yang konsen pada perbaikan di dunia pendidikan.
Guru harus banyak tahu, bagaimana menghadapi siswa agar siswa belajar dengan
menyenangkan sehingga pembelajaran berjalan dengan maksimal? Bagaimana guru
dapat memotivasi siswa agar siswa menjadi pembelajar yang baik? Sedangkan faktor internal, guru harus lebih kreatif
dan inovatif, serta banyak menyerap informasi tentang perkembangan dunia
pendidikan terutama perkembangan metode pembelajaran.
Untuk
memperbaiki dan meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran –di samping
juga menyelaraskan dan menyerasikan proses pembelajaran dengan
pandangan-pandangan dan temuan-temuan baru di pelbagai bidang– falsafah dan
metodologi pembelajaran senantiasa dimutakhirkan, diperbaharui, dan dikembangkan
oleh berbagai kalangan khususnya kalangan pendidikan-pengajaran-pembelajaran.
Oleh karena itu, falsafah dan metodologi pembelajaran silih berganti
dipertimbangkan, digunakan atau diterapkan dalam proses pembelajaran dan
pengajaran.
Dibawah ini
ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh guru sebagai upaya untuk memperbaiki
dan memperbaharui proses pengajaran guru dengan menggunakan metode mutakhir
pembelajaran quantum.
1.
Quantum Teacher
: Hidup di saat ini
Langkah awal yang harus
kita lakukan adalah menyadari bahwa profesi guru adalah pilihan kita. Peran
kita sebagai guru sangat penting. Kita dinantikan oleh banyak anak yang akan
hidup di masa depan dengan berbagai tantangan zaman. Dan kita harus sadar bahwa
hidup saat ini merupakan suatu keniscayaan masa depan yang penuh dengan
perubahan.
2.
Berpandangan
Positif Terhadap Murid
Niat kuat seorang guru
atau kepercayaan akan kemampuan dan motivasi siswa harus terlihat sangat jelas.
segala apa yang ada pada diri kita semuanya berbicara. Siswa “menangkap” pandangan
anda lebih cepat dan akurat daripada mereka “menangkap” apapun yang kita
ajarkan. Berlatihlah untuk mengubah pandangan kita dengan membayangkan angka 10
tercetak pada setiap kening siswa. Atau lebih mudah lagi kita melihat bintang
emas pada setiap kening, seolah-olah mereka adalah murid-murid cerdas atau top.
Dalam buku Education Of Possibility, Renate
Nummela Caine dan Geoff menyatakan bahwa : “keyakinan
guru akan potensi siswa dan kemampuan semua siswa untuk belajar dan berprestasi
merupakan suatu hal yang sangat penting untuk diperhatikan”.
Kita harus yakin bahwa
tidak ada siswa yang bodoh, semua siswa cerdas dan yang membedakan adalah
bidang kecerdasan masing-masing. Menurut Howard Gardner dalam multiple
intelligencenya bahwa manusia memiliki berbagai kecerdasan yaitu kecerdasan
spasial dan visual, kecerdasan linguistic, kecerdasan interpersonal, kecerdasan
music dan ritmik, kecerdasan naturalistic, kecerdasan body-kinestetik,
kecerdasan intrapersonal, dan kecerdasan logic dan math.
3.
Menanamkan AMBAK
Murid
akan mengikuti pelajaran kalau mereka tahu manfaat kita bagi kehidupan mereka.
Munculkan aplikasi-aplikasi dari ilmu dan kegunaan ilmu di masa depan seperti
ditempat kuliah, bekerja dll.
4.
Mengajar Sesuai
Dengan Prinsip Kerja Otak
a.
Memulai
menceritakan dengan penemuan-penemuan baru. Otak manusia mempunyai prinsip “to
use it or lost it” artinya digunakan tumbuh dan jika tidak digunakan mati. Otak
akan terangsang tumbuh jika ia digunakan terutama untuk memahami hal-hal baru.
Oleh sebab itu untuk menumbuhkan sel-sel otak murid-murid kita, kita ceritakan
penemuan-penemuan baru diawal kita mengajar.
b.
Memberikan waktu
jeda. Otak manusia mempunyai kemampuan berkonsentrasi umumnya 20 menit, dan jika
digunakan lebih 20 menit otak mereka lelah dan kita mengalami kejenuhan. Otak
juga membutuhkan oksigen sebagai sumber makanan dan bekal otak untuk bekerja.
Setelah mengetahui hal ini, sudah seharusnya kita memberikan waktu jeda setiap
20 menit sekali. Waktu jeda ini dapat diisi oleh para murid untuk minum atau
makan makanan kecil, senam-senam kecil, ke wc dll. Waktu jeda hanya sebentar
saja. Jeda juga bias merupakan humor dari guru tersebut.
c.
Mengiringi
belajar dengan music klasik. Berdasarkan teori otak kiri dan otak kanan, otak
kiri digunakan untuk menanggapi hal-hal yang bersifat linier, eksak atau dalam
proses belajar. Sedangkan otak kanan digunakan untuk hal-hal yang bersifat seni
dan keindahan. Ketika otak kanan akan menggunakan jalannya otak kiri, untuk
merangsang otak kanan maka belajar para siswa harus diiringi musik klasik.
d.
Belajar dengan
melibatkan emosi siswa. Penilaian otak semakin menunjukkan adanya hubungan
antara keterlibatan emosi, memori jangka panjang dengan belajar. Penelitian menyampaikan
kepada kita bahwa tanpa keterlibatan emosi, kegiatan syaraf otak pelajaran
dalam ingatan (Goleman:1995, Le Doux:1993, Mac Lean:1990).
Ilmuan syaraf Dr. Yosef Le Doux mengemukakan bahwa
amigdala, pusat emosi otak, memainkan peran besar dalam penyimpanan memori.
Untuk melibatkan emosi murid, hendaknya kita menciptakan setiap pertemuan
dengan mereka sesuatu yang “berkesan” bagi mereka, misalnya mengaitkan
pelajaran dengan peristiwa-peristiwa penting di kalangan siswa.
5.
Mengajar Sesuai
Dengan Tipe Belajar
Bekal seorang guru
ketika ia menanamkan dirinya “Quantum Teacher” bukan lagi gambaran kemampuan
akademis murid melainkan guru harus mengetahui tipe belajar para murid. Ada
tiga tipe mengajar murid
1.
Visual. Modalitas
ini mengakses citra visual yang diciptakan maupun yang diingat seperti warna,
hubungan ruang, potret mental. Gambaran seorang yang sangat visual bercirikan
sebagai berikut :
-
Teratur,
memperhatikan segala sesuatu, menjaga penampilan.
-
Mengingat dengan
gambar, lebih suka membaca daripada dibacakan.
-
Membutuhkan
gambaran dan tujuan menyeluruh dan menangkap detail ; mengingat apa yang
dilihat.
2.
Auditorial.
Modalitas ini mengakses segala jenis bunyi dan kata yang diciptakan maupun diingat
seperti music, nada, irama, dialog internal dan suara menonjol. Seseorang yang
sangat auditorial dapat dicirikan sebagai berikut :
-
Perhatiannya
mudah terpecah
-
Berbicara dengan
pola berirama
-
Belajar dengan
cara mendengarkan, menggerakkan bibir/bersuara saat membaca
3.
Kinestetik. Modalitas
ini mengakses segala jenis gerak dan emosi yang diciptakan maupun diingat.
Gerakan, koordinasi, irama tanggapan emosianal dan kenyamanan fisik menonjol
disini. Seseorang yang sangat kinestetik sering :
-
Menyentuh orang
dan berdiri berdekatan, banyak bergerak
-
Belajar dengan
melakukan menunjuk tulisan saat membaca, menanggapi secara fisik
-
Mengingat sambil
berjalan dan melihat
Setelah
kita mengetahui modalitas belajar masing-masing murid, maka kita akan dapat
mengajarkan mereka dengan metode dan media yang sesuai. Untuk mengetahui tipe
belajar mereka harus digunakan alat tes.
6.
Mengajar Dengan
Menggunakan Media
Media pengajaran yang
dapat kita gunakan sesuai modalitas para murid :
a.
Untuk modalitas
visual alat yang digunakan adalah poster, OHP,
slide proyektor, vcd, televise dll.
b.
Untuk modalitas
auditorial alat yang digunakan adalah
tape recorder, haed phone, ceramah/bercerita, belajar lewat lagu dll.
c.
Untuk modalitas
kinestetik alat yang digunakan adalah praktikum (alat-alat praktik), simulasi
belajar dengan gerak dll.
7.
Mengajar Cara
Belajar
Kelemahan dari metode
pengajaran kita adalah menjadikan guru sebagai satu-satunya sumber
pembelajaran. Sebagai “Quantum Teacher” justru peran kita hanya sebagai
fasilitator, biarkan murid berenang dilautan ilmu dengan berbagai gaya dan
kecepatannya. Karena kita sudah terbiasa menjadi sumber satu-satunya, akhirnya
siswa bersifat fasif tidak mampu berinisiatif dan tidak memiliki keterampilan
belajar. “Quantum Teacher” harus mau mengajarkan cara belajar agar anak bisa
belajar dengan kecepatan tinggi dengan melebihi kemampuan (ilmu) gurunya. Cara
belajar yang harus kita berikan kepada murid-murid adalah tehnik membaca cepat,
tehnik mencatat tingkat tinggi, mind mapping, catat tulis susun, teknik
menghafal.
8.
Memberi
pengalaman “Aha”
Banyak murid yang
terhempas tertutup harapannya untuk menguasai pelajaran, karena mereka
prustasi, belum apa-apa kesulitan bertengger di depan mata. Bagaimana mereka
keluar dari himpitan psikologis seperti ini??
Pengalaman “Aha”
artinya para murid diberi pengalaman bisa mengerjakan atau berhasil dengan
nilai yang baik, walaupun soal yang kita berikan merupakan setingan memunculkan
kegembiaraan/rasa .
9.
Menciptakan Feed
Back (jalin hubungan
emosional dengan siswa)
Quantum
Teacher bukan seorang guru gila hormat. Sangat
baik jika kita menciptakan hubungan erat dengan murid, tersenyum ketemu murid,
menyapa duluan, member selamat kepada murid yang ultah, memberi nasihat,
memanggil mereka dengan kesayangan di rumah, memberi hadiah kepada yang berhasil. Pada saat
istirahat sebaiknya kita tinggalkan meja kerja, dan kita keluar dari ruangan
guru dan bergabung bersama mereka dengan memainkan alat music atau sekadar
ngobrol-ngobrol. Quantum Teacher adalah guru yang trendy. Kedekatan ini dapat
membuka wawasan kita tentang betapa beragam dan beratnya tantangan yang
dihadapi murid-murid kita. Dengan kedekatan yang diwarnai saling percaya dan
saling menghormati, kita akan dapat memahami langkah apa yang harus dilakukan
untuk membantu mereka. Kita tanamkan pada diri kita bahwa guru dan
murid adalah mitra. Tak ada salahnya kita meminta saran (feed back)
dari murid demi kemajuan metode mengajar kita.
10. Menata Lingkungan Belajar Mengajar
Quantum Teacher adalah
guru yang sangat kreatif, dia akan mengerahkan seluruh potensi diri dan
lingkungannya untuk menciptakan suasana learning
is fun. Pertama yang bisa kita atur adalah bangku tempat duduk anak-anak diatur
sedemikian sesuai dengan acara belajar, tidak monoton hanya menghadap kedepan
saja. Kemudian di dalam kelas sangat baik jika ditata ada tumbuhan hidup untuk
meningkatkan volume oksigen di dalam ruangan yang berguna bagi makanan otak,
aroma-aroma yang dapat meningkatkan kecerdasan 30% memberikan ketenangan dan
rileksasi, dan juga menyediakan hewan-hewan peliharaan yang dapat menumbuhkan
rasa kasih sayang dan menghilangkan stress.
Kesepuluh hal tersebut apabila dilakukan dengan seksama
akan melahirkan pembelajaran yang Ramah Otak. Ramah Otak tidak lain sebuah
kultur belajar yang sangat efektif dan menyenangkan bagi siswa dan guru,
sehingga tercipta proses pembelajaran yang sangat berenergi. Selama ini, proses
belajar masih secara alami dan memaksa hanya otak kiri kita, sehingga yang
muncul adalah kejenuhan, bosan, dan tidak menyenangkan. Belajar secara Ramah
Otak™ menuntun kita untuk lebih mengoptimalkan bagaimana otak kita bekerja untuk
belajar. Karena satu-satunya mesin untuk belajar adalah otak. Kalau otak
manusia dilibatkan secara keseluruhan dan termasuk jiwa dan raga kita, maka
akan terjadi percepatan belajar yang tidak akan kita duga dari sebelumnya
(mungkin pemahaman akan meningkat cepat seperti halnya kecepatan cahaya).
Tentunya konsep Ramah Otak ini menjadi bersahabat dengan metode pembelajaran
quantum, karena Ramah Otak terlahir dari bagaimana seharusnya kita belajar
dengan menggunakan seluruh otak kita dengan sikap belajar yang menyenangkan.
Bagaimana
kegiatan pembelajaran seyogyakan dilakukan agar terjadi belajar yang men-quantum? Terkait dengan
pertanyaan tersebut, ada
beberapa hal yang patut diperhatikan dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran
agar efektif atau terjadi belajar men-quantum,
yaitu :
1.
Learning is most effective when
it’s fun
(Peter Kline).
Ciptakanlah suasana yang
menyenangkan pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Pecahkan berbagai
kendala belajar yang dialami oleh anak didik. Arahkan mereka untuk bertumbuh
dan berkembang menjadi dirinya sendiri dan tidak muncul. Tampilkan suasana hati
kita sebagai guru yang positif dan raihlah minat siswa. Jangan mengendalikan
anak didik tapi jadilah pengasuh yang baik (ingat bagaimana Anda belajar secara
kuantum ketika bertumbuh dan berkembang secara mengagumkan pada rentang usia 0
hingga 6 tahun di bawah asuhan orang tua).
2.
To learn it, do it (Robert C.
Schank)
Jika
belajar hanya dengan cara mendengarkan maka konten yang dipelajari akan mudah
lupa, jika dengan cara melihat mungkin akan ingat tetapi belum tentu bisa, jika
dengan cara melakukan maka seluruh indera kita bekerja secara aktif sehingga
akan lama diingat dan pasti bisa. Oleh karena itu, lakukanlah kegiatan belajar
itu dengan melibatkan anak secara aktif bukan hanya sekedar fisik tetapi aktif
secara mental-emosional. Ciptakanlah alat peraga yang memungkinkan anak bisa
bereksplorasi dengan melakukan berbagai hal terkait dengan materi yang
diajarkan. Bila perlu dan memungkinkan, bawalah objek sesungguhnya yang
dipelajari ke dalam kelas atau bawalah anak didik ke lingkungan yang relevan
dengan bahan yang dipelajari.
3.
Your brain is like a sleeping
giant
(Tony Buzan)
Pelajarilah
berbagai hasil penelitian mutahir tentang cara kerja otak. Ubahlah pengetahuan
kita tentang itu semua ke dalam tindakan kita saat membelajarkan anak.
Kembangkanlah kemampuan otak anak secara maksimal melalui pembelajaran yang
berorientasi pada pengembangan kemampuan berpikir tingkat tinggi, seperti
berpikir analitis, kritis, dan pemecahan masalah. Jangan biarkan otak anak
didik kita terbaring terus dalam tidur yang panjang, atau jangan biarkan otak
anak bekerja sambil terkantuk-kantuk. Perhatikan agar kemampuan belahan otak
kanan dan kiri anak bisa berkembang secara seimbang.
4.
The traditional education system
is Obsolute (Richard
L. Measelle)
Dewasa
ini kegiatan pembelajaran lebih cenderung bersifat tertutup dan mutlak. Jika
guru bertanya dan siswa menjawab tidak sesuai dengan yang diharapkan, maka guru
akan menyalahkan seolah-olah jawaban yang benar itu mutlak/tertutup dan tidak
ada alternatif jawaban lain. Perlu diingat bahwa: “Anak didik tidak pernah
salah dalam menjawab pertanyaan, mereka menjawab sesuai dengan persepsinya atas
pertanyaan tersebut. Tugas kita adalah mencari pertanyaan yang benar untuk
jawaban tersebut.” Ciptakanlah pembelajaran yang terbuka (divergen)
agar berkembang kemampuan berpikir kreatif anak.
5.
Six main pathways to the brain :
we learn by what we see, what we hear, what we taste, what we touch, what we
smell, and what we do
(Gordon Dryden)
Kegiatan
pembelajaran yang dilakukan guru cenderung lebih banyak menggunakan metode
ceramah sehingga para siswa belajar hanya dengan mengandalkan kemampuan
menyerap informasi melaui pendengaran saja, padahal setiap individu memiliki
gaya belajar yang berbeda sesuai dengan kemampuan belajar yang menonjol pada
dirinya (auditory, visual, dan bodilykinestetics). Lebih parah lagi, secara
umum terjadi ketika kita melaksanakan kegiatan pembelajaran menggunakan metode
ceramah, kita menyampaikan presentasi dan eksplanasi yang cenderung “berbicara
kepada siswa” ketimbang “berbicara dengan siswa”. Akibatnya, paling
tidak (1) komunikasi menjadi satu arah, (2) siswa pasif menerima informasi dan
terkesan seperti tong kosong yang siap diisi dengan berbagai informasi yang
mungkin saja tidak sesuai dengan harapannya, (3) pembelajaran menjadi teacher
center, (4) potensi intelektual, personal, dan sosial siswa kurang bertumbuh dan berkembang, (5) kurang
memacu keterampilan berpikir siswa, (6) kecil kemungkinan terjadi self-discovery
learning, dan (7) kepercayaan
diri siswa melemah. Semua itu menyebabkan hasil belajar yang dicapainya tidak
maksimal. Oleh karena itu, ciptakan suasana pembelajaran yang memungkinkan
semua kemampuan belajar siswa berkembang.
6.
An idea is a new combination of
old elements
(Gordon Dryden)
Guru
seringkali memaksakan konsep atau materi baru yang diajarkan tanpa
mempertimbangkan pengetahuan yang telah dimiliki anak. Padahal manusia belajar
dan membangun pengatahuannya atas dasar pengetahuan yang sudah dimilikinya.
Lakukanlah pembelajaran dimulai dari apa yang sudah diketahui siswa.
Mencermati beberapa pemikiran
cemerlang di atas dan kaitannya dengan penyelenggaran pembelajaran, maka kita
yakin bahwa (1) semua anak bisa belajar apapun jika mereka senang melakukannya,
(2) bagi anak berbakat (bakat intelektual) belajarnya bisa dipercepat (accelerated
learning) jika suasana belajar kondusif untuk terjadinya percepatan
belajar, (3) pembelajaran bukan hanya mampu meningkatkan kemampuan atau
kecerdasan intelektual anak tetapi juga kecerdasan multiple anak.
Metode pembelajaran yang
bagaimanakah yang paling baik untuk terjadinya pembelajaran yang efektif dan
efisien? Tentu saja tidak ada metode yang paling baik, karena metode
pembelajaran sangat terkait dengan karakteristik materi pelajaran, sarana dan
keterampilan guru dalam melaksanakannya. Pada prinsipnya, quantum learning
menuntut diselenggarakannya kegiatan pembelajaran yang bersifat multi-method
dan multi-threat. Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran yang harus
dilakukan ke depan disarankan mengunakan metode pembelajaran yang bersifat
integratif yang mampu membangkitkan seluruh energi pada diri anak didik untuk
belajar, salah satu contoh misalnya pembelajaran kooperatif–kolaboratif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar