Jumat, 07 Oktober 2011

QUANTUM TEACHING: PENGAJARAN YANG MENYENANGKAN


QUANTUM TEACHING:
PENGAJARAN YANG MENYENANGKAN

Oleh: H. Mohamad Surya




SISWA: Mengapa belajar?
              Pada hakekatnya manusia itu merupakan salah satu jenis makhluk ciptaan Tuhan YME yang keberadaannya membawa sejumlah amanat tertentu. Manusia diciptakan Tuhan dengan segala kelebihannya dibandingkan dengan jenis makhluk lainnya dan dengan sejumlah amanat yang harus dipertanggung jawabklan kelak di hari akhir. Sebagai makhluk alamiah dan biologis, manusia memiliki kesamaan dengan makhluk lainnya baik yang tergolong anorganis (benda-benda mati) maupun makhluk organis (hidup) yang harus tunduk dengan hukum-hukum alam, dan hukum-hukum biologis dengan amanat untuk mempertahankan  kelangsungan hidup. Manusia berbeda dengan makhluk lainnya dalam hal kelebihannya berupa potensi akal, sosial, budaya, pribadi, dan kesadaran akan penciptanya (berketuhanan) untuk menjadikan dirinya sebagai manusia dengan segala ciri-ciri kemanusiaannya. Sebagai makhluk berakal, manusia diciptakan dengan kemampuan intelektualnya, sebagai makhluk sosial manusia berpotensi berinteraksi dengan sesama manusia, sebagai makhluk berbudaya manusia dituntut untuk memperbaiki kualitas hidupnya melalui hasil-hasil ciptaannya, sebagai maklhuk berpribadi manusia memiliki hatinurani dan nilai-nilai moral untuk menyadari akan dirinya, dan sebagai makhluk berkethunanan manusia menyadari diri akan kewajiban terhadap Sang Pencipta. Dengan demikian manusia akan mencapai kesempurnaan kualitas hidupnya             
   Segala kelebihan manusia dibanding dengan makhluk-makhluk lainnya adalah semata-mata untuk mencapai kualitas kemanusiaan yang paling sempurna dalam keseluruhan perjalanan hidupnya. Oleh karena itu, untuk mewujudkan kualitas dirinya kehidupan manusia tidak hanya bersifat alamiah dengan sumber daya berupa tropistis dan sumber daya biologis yang berupa insting atau naluri, akan tetapi dengan mengembangkan potensi akal, sosial, budaya, hatinurani, dan keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan YME.
              Untuk menjaga kelangsungan hidupnya makhluk yang tergolong nabati (tumbuh-tumbuhan) telah dilengkapi dengan sumber daya yang disebut tropistis, dan makhluk yang tergolong hewani (binatang) telah dilengkapi dengan sumber daya yang disebut insting atau naluri. Sedangkan manusia tidak mungkin menjadi manusia hanya dengan tropistis dan insting saja. Manusia hanya menjadi manusia yang paripurna dengan mengembangkan sumber dayanya yang berupa potensi akal, sosial-budaya, hartinurani, dan ketuhanan. Menurut Langeveld, manusia disebut sebagai “animal educandum” artinya binatang yang dapat dan harus dididik. Hal ini mengandung makna bahwa manusia hanya dapat menjadi manusia melalui apa yang disebut  “pendidikan”.
              Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu proses memanusiakan manusia melalui pengembangan seluruh potensinya dan sesuai dengan tuntutan yang berkembang di lingkungannya. Melalui pendidikan ini manusia akan mampu mempertahankan kelangsungan hidupnya secara lebih baik dari generasi ke generasi sesuai tuntutan yang berkembang. Pendidikan memberikan bekal-bekal agar manusia mampu menjalani tugas-tugas hidupnya secara sempurna sebagai pribadi, anggota masyarakat, dan hamba Tuhan YME. Dalam Undang-undang No.20/2003 tentang sistem pendidikan nasional dikatakan bahwa: ”Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.  Rumusan tersebut menyiratkan bahwa hakekat pendidikan itu menekankan pengembangan proses pembelajaran yang kondusif bagi  pengembangan potensi peserta didik untuk kehidupan di masa yang akan datang yang lebih baik. Untuk itu pendidikan menyiapkan dan memberikan sejumlah pengalaman pedagogis terhadap peserta didik dengan membekali seperangkat kompetensi untuk digunakan dalam memenuhi tuntutan hidup di masa yang akan datang. Dengan kata lain pendidikan harus berbasis secara luas dan komprehensif untuk memberikan bekal “ketrampilan hidup” bagi semua peserta didik
              Di atas telah dikemukakan bahwa untuk menjaga kelangsungan hidupnya sebagai wujud manusia paripurna tidak cukup dengan potensi bawaan baik “tropistis” maupun “instting”, melainkan harus melalui pengembangan summber potensi manusiawi (akal, sosial-budaya, moral, pribadi, dan keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan YME). Tumbuh-tumbuhan dan binatang dapat mempertahankan hidupnya cukup dengan potensi bawaan yang berupa tropistis dan insting. Manusia harus mampu mengubah dan mengembangkan perilaku tropistis dan instingtifnya melalui suatu proses yang disebut dengan “pembelajaran” sehingga menghasilkan perilaku manusiawi. Proses pembelajaran pada hakekatnya merupakan suatu upaya yang sistematis untuk mengubah dan mengembangkan perilaku agar menjadi lebih sempurna yang didukung dengan seperangkat kompetensi yang diperlukan untuk menghadapi berbagai tantangan kehidupan di lingkungan.


GURU: Perilaku Mengajar
   ”Technical core” keseluruhan proses pendidikan adalah proses pembelajaran yang berlangsung melalui interaksi antara guru (pengajar) dengan siswa (pelajar) dan berlangsung dalam situasi pembelajaran. Dalam proses tersebut guru berperilaku mengajar dan siswa berperilaku mengajar. Proses pembelajaran akan efektif apabila dapat berlangsung dalam suasana yang kondusif sehingga mampu mencapai tujuan yang diinginkan.  Seperti yang dikemukakan di atas, guru memegang peranan yang amat sentral dalam keseluruhan proses pembelajaran karena guru beranteraksi langsung dengan siswa..
   Guru dituntut mampu meningkatkan kualitas pembelajaran para peserta didik (siswa) dalam bentuk kegiatan pembelajaran  yang sedemikian rupa hingga mencapai tujuan yang diharapkan. Dalam hubungan ini, guru memegang peranan yang amat penting dalam mencipta­kan suasana pembelajaran yang baik. Guru tidak terbatas hanya sebagai pengajar dalam arti penyampai pengetahuan, tetapi lebih meningkat sebagai perancang pengajaran, manajer pengajaran, penilai hasil belajar, dan sebagai direktur atau pengarah belajar.
   GURU SEBAGAI PERENCANA PENGAJARAN (designer of instruction); yaitu guru berperan untuk membuat keseluruhan rancangan kegiatan pembelajaran sejak dari persiapan, pelaksanaan, sampai penilaian dan tindak lanjut. Dalam kaitan ini pembelajaran yang efektif akan banyak ditentukan oleh kecermatan dalam membuat perencanaan.
   guru Sebagai peNGELOLA pengajaran (manager of instruction),  berperan sebagai pengelola seluruh kegiatan proses belajar-mengajar dengan menciptakan kondisi-kondisi pembelajaran sedemikian rupa sehingga setiap siswa dapat belajar secara efektif dan efisien. Kegiatan pembelajaran hendaknya di­kelola dengan sebaik-baiknya sehingga mem­berikan suasana yang mendorong siswa untuk melakukan kegiatan belajar dengan kualitas yang lebih baik.
     guru Sebagai penilai hasil belajar (evaluator of student learning), guru dituntut untuk berperan secara terus menerus, dari waktu ke waktu mengikuti hasil-hasil belajar yang dicapai siswa. Informasi yang diperoleh melalui evaluasi ini akan merupakan umpan balik terhadap proses kegiatan belajar-mengajar, yang selanjutnya akan dijadikan titik tolak untuk memperbaiki dan meningkatkan proses belajar-mengajar selanjutnya. Dengan demikian, proses belajar-mengajar akan senantiasa ditingkatkan terus menerus untuk memperoleh hasil belajar yang optimal.
Guru sebagai FASILITATOR peMbelajarAN (facilitator of learning), guru berperan untuk senantiasa menimbulkan, meme­lihara, dan meningkatkan motivasi siswa untuk belajar. Dalam hubungan ini, guru mempunyai peranan sebagai “motivator” keseluruhan kegiatan belajar siswa. Sebagai motivator belajar, guru harus mampu: (1) Membangkitkan motivai siswa untuk belajar, (2)Menjelaskan secara konkret kepada siswa apa yang dapat dilakukan pada akhir pengajaran.(3)     Memberikan ganjaran untuk prestasi yang dicapai dikemudian hari. (4)            Membuat regulasi (aturan) perilaku siswa.
   Sebagai fasilitator pembelajaran, pendekatan yang digunakan dalam proses belajar-mengajar tidak hanya melalui pende­katan instruksional, tapi juga pendekatan pribadi. Melalui pendekatan pribadi ini, diharapkan guru dapat mengenal dan memahami siswa secara lebih men­dalam, sehingga dapat membantu dalam keseluruhan proses belajarnya. Dengan kata lain, sebagai fasilitator pembelajaran, guru sekaligus berperan sebagai pembimbing dalam proses belajar-mengajar. Sebagai pembimbing dalam belajar, guru diharapkan mampu:
1.     Mengenal dan memahami setiap siswa, baik secara individual maupun kelompok.
2.     Memberikan informasi-informasi yang diperlukan dalam proses belajar.
3.     Memberikan kesempatan agar setiap siswa dapat belajar sesuai dengan karakteristik pribadinya.
4.     Membantu setiap siswa dalam menghadapi masa­lah-masalah pribadi yang dihadapinya.
5.     Menilai keberhasilan setiap langkah kegiatan yang telah dilakukannya.

   Dalam mewujudkan perilaku mengajar secara tepat, karakteristik guru yang diharapkan adalah:
1.     Memiliki minat yang besar terhadap pelajaran dan mata pelajaran yang diajarkannya.
2.     Memiliki kecakapan untuk memperkirakan kepri­badian dan suasana hati secara tepat serta mem­buat kontak dengan kelompok secara tepat.
3.     Memiliki kesabaran, keakraban, dan sensitivitas yang diperlukan untuk menumbuhkan semangat belajar.
4.     Memiliki pemikiran yang imajinatif (konseptual) dan praktis dalam usaha memberikan penjelasan ke­pada peserta didik.
5.     Memiliki kualifikasi yang memadai dalam bidang­nya, baik isi maupun metode.
6.     Menilai sikap terbuka, luwes, dan eksperimental dalam metode dan teknik.

Guru akan mengajar dengan baik apabila:
1.     Memiliki sikap dasar yang benar dan:
       Bertidak sebagai pembimbing dan kawan.
       Menghindari corak hubungan yang berjarak antara guru dan siswa.
       Memahami tujuan dan kesulitan pelajaran. Oleh karena itu, seyogianya para guru senantiasa:
-       bertemu dengan kelompok secara informal untuk mengenal mereka secara mendalam.
-       berminat kepada siswa di samping berminat kepada pelajaran.
2.     Memiliki sasaran yang benar dan:
       mewujudkan tujuan untuk mengembangkan pribadi siswa dan bukan memberikan informasi.
       menyadari bahwa tujuan jangka panjang adalah perkembangan optimal dan pribadi siswa, sehingga tercapai kepuasan pribadi dan produktivitas kerja yang optimal. Karena itu, para seyogianya:
-       menyiapkan rencana kegiatan belajar-mengajar dengan sebaik-baiknya.
-       melaksanakan rencana tersebut dengan baik.
3.     Memiliki informasi faktual yang diperlukan. Oleh karena itu, guru seyogianya:
       menemukan, memahami,, dan memilih informasi yang memadai.
       Mempersiapkan pokok-pokok rangkuman materi.
       Menghargai dan meman­faatkan penemuan siswa.
4.     Memahami macam-macam metode dan teknik, dan me­nge­tahui bagaimana memi­lih­nya. Oleh karena itu, para guru seyogianya:
       Mampu memilih macam-macam metode dan tek­nik pada setiap tahapan.
       Memberikan kesem­pat­an untuk mengembang­kan keterampilan, men­da­patkan informasi, anali­sis, menilai, dan menya­takan gagasan secara jelas.
5.     Membantu siswa dalam merencanakan tindak lanjut. Oleh karena itu, para siswa seyogianya:
       mendiskusikan masalah-masalah secara baik sebe­lum kegiatan pembelajaran berakhir.

QUANTUM TEACHING: Pembelajaran yang menyenangkan
               Pendidikan harus mampu menciptakan dan memberikan pengalaman belajar yang sedemikian rupa dapat mengembangkan potensi diri peserta didik. peserta didik. Keseluruhan pengalaman belajar ini harus terwujud dalam suasana pembelajaran yang menyenangkan sehingga menimbulkan kegairahan yang konstruktif. Dalam kaitan ini guru harus mampu mewujudkan perilaku mengajar yang menyenangkan atau joyful teaching sehingga setiap siswa berada dalam suasana yang menunjang proses pembelajaran yang bermakna. Model pembelajaran seperti itu kemudian disebut ”Quantum Teaching” yang banyak diterapkan dalam berbagai bentuk pembelajaran di berbagai jenis dan jenjang pendidikan dan telah banyak dirasakan manfaatnya. Penerapan Quantum Teaching dalam pendidikan merupakan koreksi terhadap praktek-praktek pembelajaran yang dinilai bersifat kaku, membosankan, menakutkan, dsb. menjadi pembelajaran yanmg lebih menyenangkan dan bergairah sehingga lebih efektif.  
              Kata ”quantum” itu sendiri diambil dari istilah di bidang Fisika yang dikenal dengan teori quantum. Teori quantum merupakan perkembangan terkini dari dunia fisika sebagai perkembangan dari teori Fisika Newton. Teori fisika Newton, menekankan pada benda-benda alam yang nampak atau yang dapat diamati. Menurut teori ini alam raya fisik itu berupa benda fisik yang nampak, dan benda-benda itu terdiri atas molekul, molekul terdiri dari atom, dan atom teridiri dari partikel. Dalam perkembangan selanjutnya ditemukan bahwa ada bagian alam jagat raya yang tidak nampak akan tetapi merupakan sumber dari terwujudnya benda-benda yang nampak itu. Menurut teori fisika kuantum, di dalam partikel-partikel itu ada yang disebut quanta yang di dalamnya mengandung energi vibrasi atau anergi getar.. Quanta ini dan energi getar ini tidak nampak secara fisik akan tetapi merupakan sumber energi yang luar biasa terhadap timbulnya berbagai gejala alam.

              Untuk jelasnya perhatikan bagan di bawah ini:

.  Konsep Fisika quantum mengemukakan teori proses mengubah energi menjadi cahaya dengan rumus yang terkenal yaitu: E = Mc2, di mana E=energi, M = massa, dan c = interaksi. Teori tersebut menginspirasi penerapan dalam proses pembelajaran di mana energi diartikan atusiasme, efektivitas belajar-mengajar, semangat,  massa diartikan semua individu yang terlibat, situasi, materi, fisik, interaksi sebagai satu hubungan yang tercipta di kelas.  Dengan demikian Quantum Teaching menciptakan lingkungan belajar yang efektif, dengan menggunakan unsur-unsur yang ada pada siswa dan lingkungan belajarnya melalui interaksi yang terjadi dalam kelas. Quantum teaching berawal dari sebuah upaya Dr. Georgi Lozanov seorang pendidik asal Bulgaria yang melakukan eksperiman dengan sugestologi yang pada prinsipnya menyatakan bahwa sugesti dapat mempengaruhi hasil belajar. Dalam perkembangan selanjutnya,  Bobbi DePorter murid Lozanov mengembangkan konsep Lozanov menjadi Quantum Learning yang diadopsi dari beberapa teori seperti teori sugesti, teori otak kanan dan otak kiri, teori otak triune, pilihan modalitas (visual, auditorial, dan kinestetik) dan pendidikan holistik.
              Quantum teaching berpangkal pada konsep ”Bawalah dunia mereka ke dunia kita, dan antarkan dunia kita ke dunia mereka”. Hal ini mengandung makna bahwa pembelajaran yang menyenangkan dan efektif dapat terjadi apabila ada konggruensi atau kesinambungan antara dunia guru dan dunia siswa. Pembelajaran dengan quantum teaching tidak hanya menawarkan materi yang mesti dipelajari siswa akan tetapi lebih jauh dari itu yaitu semua siswa diajarkan bagaimana menciptakan hubungan emosional yang baik dan sehat dalam proses pembelajaran.  Dengan quantum teaching pembelajaran berlangsung dengan memfungsikan kedua belahan otak yaitui otak kanan dan kiri dengan sebaik-baiknya sehingga terjadi satu proses pembelajaran yang berlangsung secara efektif dalam, suasana yang menggairahkan.
   Ada lima prinsip Quantum teaching yang harus diperhatikan guru yaitu:
1. Segalanya berbicara, lingkungan kelas, bahasa tubuh, dan bahan elajaran semuanya menyampaikan pesan tentang belajar;
2. Segalanya bertujuan, siswa diberi tahu apa tujuan mereka mempelajari materi yang diajarkan
3. Pengalam sebelum konsep; pembelajaran dimulai dari pengalaman guru dan siswa unruk kemudian diperoleh banyak konsep;
4. Akui setiap usaha; artinya sekecil apapun usaha siswa haruis diberikan penghargaan;
5. Jika layak dipelajari, layak pula dirayakan; artinya siswa harus diberikan penghargaan terhadap setiap langkah.

              Selanjutnya kerangka belajar dengan Quantum Teaching dilakukan dengan prinsip TANDUR sebagai berikut:
1.      TUMBUHKAN: minat akan untuk belajar
2.      ALAMI: Ciptakan satu penmgalaman langsung yang dapat dinikmati olerh siswa,
3.      NAMAI: Sediakan kata kunci, konsep, model, rumus, strategi sebuah masukan;
4.      DEMONSTRASIKAN: Sediakan kesempatan bagi siswa untuk menunjukkan bahwa mereka memahami;
5.      ULANGI: Tunjukkan kepada siswa cara mengulang materi yang telah dipelajari;
6.      RAYAKAN: Berikan pengakuan untuk hal yang telah dilakukan siswa berupa penyelesaian tugas, partisipasi, dan perolehan ketrampilan dan pengetahuan.  

   Penerapan quantum teaching menuntut adanya perubahan peran guru dan siswa dalam pembelajaran. Peran guru telah berubah dari: (1) sebagai penyampai pengetahuan, sumber utama informasi, akhli materi, dan sumber segala jawaban, menjadi sebagai fasilitator pembelajaran, pelatih, kolaborator, navigator pengetahuan, dan mitra belajar; (2) dari mengendalikan dan mengarahkan semua aspek pembelajaran, menjadi lebih banyak memberikan lebih banyak alternatif dan tanggung jawab kepada setiap siswa dalam proses pembelajaran. Sementara itu peran siswa dalam pembelajaran telah mengalami perubahan yaitu: (1) dari penerima informasi yang pasif menjadi partisipan aktif dalam proses pembelajaran, (2) dari mengungkapkan kembali pengetahuan menjadi menghasilkan dan berbagai pengetahuan, (3) dari pembelajaran sebagai aktiivitas individual (soliter) menjadi pembelajaran berkolaboratif dengan siswa lain.
              Lingkungan pembelajaran yang di masa lalu berpusat pada guru harus bergesar menjadi berpusat pada siswa, sebagaimana digambarkan sebagai berikut:

Lingkungan
Berpusat pada guru
Berpusat pada siswa
Aktivitas kelas
Guru sebagai sentral dan bersifat didaktis
Siswa sebagai sentral dan bersifat interaktif
Peran guru
Menyampaikan fakta-fakta, guru sebagai akhli
Kolaboratif, kadang-kadang siswa sebagai akhli
Penekanan pengajaran
Mengingat fakta-fakta
Hubungan antara informasi dan temuan
Konsep pengetahuan
Akumujlasi fakta secara kuantitas
Transformasi fakta-fakta
Penampilan keberhasilan
Penilaian acuan norma
Kuantitas pemahaman , penilaian acuan patokan
Penilaian
Soal-soal pilihan berganda
Protofolio, pemecahan masalah, dan penampilan
Penggunaan teknologi
Latihan dan praktek
Komunikasi, akses, kolaborasi, ekspresi

CITRA GURU YANG DIHARAPKAN
              Sekurang-kurangnya ada sembilan hal yang menjadi citra guru yang diharapkan untuk mampu mewujudkan ”Quantum Teaching” yaitu:
  1. Guru yang memiliki semangat juang yang tinggi disertai kualitas keimanan dan ketaqwaan yang mantap.
  2. Guru yang mampu mewujudkan dirinya yang didasari oleh keterkaitan dan padanan dengan tuntutan lingkungan dan perkembangan iptek.
  3. Guru yang mampu belajar dan bekerjasama dengan profesi lain.
  4. Guru yang memiliki etos kerja yang kuat. Etos kerja merupakan landasan utama bagi kinerja semua aparat dalam berbagai jenis dan jenjang pendidikan. yang memiliki kejelasan dan kepastian pengembangan jenjang karir.
  5. Guru  yang memiliki kejelasan dan kepastian pengembangan jenjang karir.
  6. Guru yang berjiwa profesionalisme tinggi, dengan ditandai oleh lima kompetensi sebagai berikut: (1) keinginan untuk selalu menampilkan perilaku yang mendekati standar ideal. (2) meningkatkan dan memelihara citra profesi, (3) keinginan untuk senantiasa mengejar kesempatan pengembangan profesional yang dapat meningkatkan dan memperbaiki kualitas pengetahuan dan ketrampilannya, (4) mengejar kualitas dan cita-cita dalam profesi, (5) memiliki kebanggaan terhadap profesinya.
  7. Guru yang memiliki kesejahteraan lahir dan batin, material dan non-material.
  8. Guru yang memiliki wawasan masa depan.
  9. Guru yang mampu melaksanakan fungsi dan peranannya secara terpadu.
  
   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar