QUANTUM
TEACHING:
PENGAJARAN YANG MENYENANGKAN
Oleh: H. Mohamad Surya
SISWA: Mengapa
belajar?
Pada hakekatnya
manusia itu merupakan salah satu jenis makhluk ciptaan Tuhan YME yang
keberadaannya membawa sejumlah amanat tertentu. Manusia diciptakan Tuhan dengan
segala kelebihannya dibandingkan dengan jenis makhluk lainnya dan dengan
sejumlah amanat yang harus dipertanggung jawabklan kelak di hari akhir. Sebagai
makhluk alamiah dan biologis, manusia memiliki kesamaan dengan makhluk lainnya
baik yang tergolong anorganis (benda-benda mati) maupun makhluk organis (hidup)
yang harus tunduk dengan hukum-hukum alam, dan hukum-hukum biologis dengan
amanat untuk mempertahankan kelangsungan
hidup. Manusia berbeda dengan makhluk lainnya dalam hal kelebihannya berupa
potensi akal, sosial, budaya, pribadi, dan kesadaran akan penciptanya
(berketuhanan) untuk menjadikan dirinya sebagai manusia dengan segala ciri-ciri
kemanusiaannya. Sebagai makhluk berakal, manusia diciptakan dengan kemampuan
intelektualnya, sebagai makhluk sosial manusia berpotensi berinteraksi dengan
sesama manusia, sebagai makhluk berbudaya manusia dituntut untuk memperbaiki
kualitas hidupnya melalui hasil-hasil ciptaannya, sebagai maklhuk berpribadi
manusia memiliki hatinurani dan nilai-nilai moral untuk menyadari akan dirinya,
dan sebagai makhluk berkethunanan manusia menyadari diri akan kewajiban
terhadap Sang Pencipta. Dengan demikian manusia akan mencapai kesempurnaan
kualitas hidupnya
Segala kelebihan manusia dibanding dengan
makhluk-makhluk lainnya adalah semata-mata untuk mencapai kualitas kemanusiaan
yang paling sempurna dalam keseluruhan perjalanan hidupnya. Oleh karena itu,
untuk mewujudkan kualitas dirinya kehidupan manusia tidak hanya bersifat
alamiah dengan sumber daya berupa tropistis dan sumber daya biologis yang
berupa insting atau naluri, akan tetapi dengan mengembangkan potensi akal,
sosial, budaya, hatinurani, dan keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan YME.
Untuk menjaga
kelangsungan hidupnya makhluk yang tergolong nabati (tumbuh-tumbuhan) telah
dilengkapi dengan sumber daya yang disebut tropistis, dan makhluk yang
tergolong hewani (binatang) telah dilengkapi dengan sumber daya yang disebut
insting atau naluri. Sedangkan manusia tidak mungkin menjadi manusia hanya
dengan tropistis dan insting saja. Manusia hanya menjadi manusia yang paripurna
dengan mengembangkan sumber dayanya yang berupa potensi akal, sosial-budaya,
hartinurani, dan ketuhanan. Menurut Langeveld, manusia disebut sebagai “animal
educandum” artinya binatang yang dapat dan harus dididik. Hal ini mengandung
makna bahwa manusia hanya dapat menjadi manusia melalui apa yang disebut “pendidikan”.
Dengan demikian,
dapat dikatakan bahwa pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu proses
memanusiakan manusia melalui pengembangan seluruh potensinya dan sesuai dengan
tuntutan yang berkembang di lingkungannya. Melalui pendidikan ini manusia akan
mampu mempertahankan kelangsungan hidupnya secara lebih baik dari generasi ke
generasi sesuai tuntutan yang berkembang. Pendidikan memberikan bekal-bekal
agar manusia mampu menjalani tugas-tugas hidupnya secara sempurna sebagai
pribadi, anggota masyarakat, dan hamba Tuhan YME. Dalam Undang-undang
No.20/2003 tentang sistem pendidikan nasional dikatakan bahwa: ”Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”. Rumusan tersebut menyiratkan bahwa hakekat
pendidikan itu menekankan pengembangan proses pembelajaran yang kondusif
bagi pengembangan potensi peserta didik
untuk kehidupan di masa yang akan datang yang lebih baik. Untuk itu pendidikan
menyiapkan dan memberikan sejumlah pengalaman pedagogis terhadap peserta didik
dengan membekali seperangkat kompetensi untuk digunakan dalam memenuhi tuntutan
hidup di masa yang akan datang. Dengan kata lain pendidikan harus berbasis
secara luas dan komprehensif untuk memberikan bekal “ketrampilan hidup” bagi
semua peserta didik
Di atas telah
dikemukakan bahwa untuk menjaga kelangsungan hidupnya sebagai wujud manusia
paripurna tidak cukup dengan potensi bawaan baik “tropistis” maupun “instting”,
melainkan harus melalui pengembangan summber potensi manusiawi (akal,
sosial-budaya, moral, pribadi, dan keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan YME).
Tumbuh-tumbuhan dan binatang dapat mempertahankan hidupnya cukup dengan potensi
bawaan yang berupa tropistis dan insting. Manusia harus mampu mengubah dan
mengembangkan perilaku tropistis dan instingtifnya melalui suatu proses yang
disebut dengan “pembelajaran” sehingga menghasilkan perilaku manusiawi. Proses
pembelajaran pada hakekatnya merupakan suatu upaya yang sistematis untuk
mengubah dan mengembangkan perilaku agar menjadi lebih sempurna yang didukung
dengan seperangkat kompetensi yang diperlukan untuk menghadapi berbagai
tantangan kehidupan di lingkungan.
GURU: Perilaku
Mengajar
”Technical core”
keseluruhan proses pendidikan adalah proses pembelajaran yang berlangsung
melalui interaksi antara guru (pengajar) dengan siswa (pelajar) dan berlangsung
dalam situasi pembelajaran. Dalam proses tersebut guru berperilaku mengajar dan
siswa berperilaku mengajar. Proses pembelajaran akan efektif apabila dapat
berlangsung dalam suasana yang kondusif sehingga mampu mencapai tujuan yang
diinginkan. Seperti yang dikemukakan di
atas, guru memegang peranan yang amat sentral dalam keseluruhan proses
pembelajaran karena guru beranteraksi langsung dengan siswa..
Guru dituntut mampu meningkatkan kualitas
pembelajaran para peserta didik (siswa) dalam bentuk kegiatan pembelajaran yang sedemikian rupa hingga mencapai tujuan
yang diharapkan. Dalam hubungan ini, guru memegang peranan yang amat penting
dalam menciptakan suasana pembelajaran yang baik. Guru tidak terbatas hanya
sebagai pengajar dalam arti penyampai pengetahuan, tetapi lebih meningkat
sebagai perancang pengajaran, manajer pengajaran, penilai hasil belajar, dan
sebagai direktur atau pengarah belajar.
GURU SEBAGAI PERENCANA
PENGAJARAN (designer of
instruction); yaitu
guru berperan untuk membuat keseluruhan rancangan kegiatan pembelajaran sejak
dari persiapan, pelaksanaan, sampai penilaian dan tindak lanjut. Dalam kaitan
ini pembelajaran yang efektif akan banyak ditentukan oleh kecermatan dalam
membuat perencanaan.
guru Sebagai
peNGELOLA pengajaran (manager of instruction), berperan sebagai pengelola seluruh kegiatan
proses belajar-mengajar dengan menciptakan kondisi-kondisi pembelajaran
sedemikian rupa sehingga setiap siswa dapat belajar secara efektif dan efisien.
Kegiatan pembelajaran hendaknya dikelola dengan sebaik-baiknya sehingga memberikan
suasana yang mendorong siswa untuk melakukan kegiatan belajar dengan kualitas
yang lebih baik.
guru Sebagai penilai hasil belajar (evaluator
of student learning), guru dituntut untuk berperan secara terus menerus,
dari waktu ke waktu mengikuti hasil-hasil belajar yang dicapai siswa. Informasi
yang diperoleh melalui evaluasi ini akan merupakan umpan balik terhadap proses
kegiatan belajar-mengajar, yang selanjutnya akan dijadikan titik tolak untuk
memperbaiki dan meningkatkan proses belajar-mengajar selanjutnya. Dengan demikian,
proses belajar-mengajar akan senantiasa ditingkatkan terus menerus untuk
memperoleh hasil belajar yang optimal.
Guru sebagai FASILITATOR peMbelajarAN (facilitator
of learning), guru berperan untuk senantiasa menimbulkan, memelihara, dan
meningkatkan motivasi siswa untuk belajar. Dalam hubungan ini, guru mempunyai
peranan sebagai “motivator” keseluruhan kegiatan belajar siswa. Sebagai
motivator belajar, guru harus mampu: (1) Membangkitkan motivai siswa untuk
belajar, (2)Menjelaskan secara konkret kepada siswa apa yang dapat dilakukan
pada akhir pengajaran.(3) Memberikan
ganjaran untuk prestasi yang dicapai dikemudian hari. (4) Membuat regulasi (aturan) perilaku
siswa.
Sebagai fasilitator pembelajaran, pendekatan
yang digunakan dalam proses belajar-mengajar tidak hanya melalui pendekatan
instruksional, tapi juga pendekatan pribadi. Melalui pendekatan pribadi ini, diharapkan guru dapat mengenal dan memahami
siswa secara lebih mendalam, sehingga dapat membantu dalam keseluruhan proses
belajarnya. Dengan kata lain, sebagai fasilitator pembelajaran, guru sekaligus
berperan sebagai pembimbing dalam proses belajar-mengajar. Sebagai pembimbing
dalam belajar, guru diharapkan mampu:
1. Mengenal dan memahami setiap
siswa, baik secara individual maupun kelompok.
2. Memberikan informasi-informasi
yang diperlukan dalam proses belajar.
3. Memberikan kesempatan agar
setiap siswa dapat belajar sesuai dengan karakteristik pribadinya.
4. Membantu setiap siswa dalam
menghadapi masalah-masalah pribadi yang dihadapinya.
5. Menilai keberhasilan setiap
langkah kegiatan yang telah dilakukannya.
Dalam mewujudkan
perilaku mengajar secara tepat, karakteristik guru yang diharapkan adalah:
1. Memiliki minat yang besar
terhadap pelajaran dan mata pelajaran yang diajarkannya.
2. Memiliki kecakapan untuk
memperkirakan kepribadian dan suasana hati secara tepat serta membuat kontak
dengan kelompok secara tepat.
3. Memiliki kesabaran, keakraban,
dan sensitivitas yang diperlukan untuk menumbuhkan semangat belajar.
4. Memiliki pemikiran yang
imajinatif (konseptual) dan praktis dalam usaha memberikan penjelasan kepada
peserta didik.
5. Memiliki
kualifikasi yang memadai dalam bidangnya, baik isi maupun metode.
6. Menilai sikap
terbuka, luwes, dan eksperimental dalam metode dan teknik.
Guru akan mengajar dengan baik apabila:
1. Memiliki
sikap dasar yang benar dan:
• Bertidak sebagai pembimbing
dan kawan.
• Menghindari corak hubungan
yang berjarak antara guru dan siswa.
• Memahami tujuan dan kesulitan
pelajaran. Oleh karena itu, seyogianya para guru senantiasa:
- bertemu
dengan kelompok secara informal untuk mengenal mereka secara mendalam.
- berminat
kepada siswa di samping berminat kepada pelajaran.
2. Memiliki
sasaran yang benar dan:
• mewujudkan
tujuan untuk mengembangkan pribadi siswa dan bukan memberikan informasi.
• menyadari
bahwa tujuan jangka panjang adalah perkembangan optimal dan pribadi siswa,
sehingga tercapai kepuasan pribadi dan produktivitas kerja yang optimal. Karena
itu, para seyogianya:
- menyiapkan
rencana kegiatan belajar-mengajar dengan sebaik-baiknya.
- melaksanakan
rencana tersebut dengan baik.
3. Memiliki
informasi faktual yang diperlukan. Oleh karena itu, guru seyogianya:
• menemukan,
memahami,, dan memilih informasi yang memadai.
• Mempersiapkan
pokok-pokok rangkuman materi.
• Menghargai
dan memanfaatkan penemuan siswa.
4. Memahami
macam-macam metode dan teknik, dan mengetahui bagaimana memilihnya. Oleh
karena itu, para guru seyogianya:
• Mampu
memilih macam-macam metode dan teknik pada setiap tahapan.
• Memberikan
kesempatan untuk mengembangkan keterampilan, mendapatkan informasi, analisis,
menilai, dan menyatakan gagasan secara jelas.
5. Membantu siswa
dalam merencanakan tindak lanjut. Oleh karena itu,
para siswa seyogianya:
• mendiskusikan
masalah-masalah secara baik sebelum kegiatan pembelajaran berakhir.
QUANTUM
TEACHING: Pembelajaran yang menyenangkan
Pendidikan harus mampu menciptakan dan memberikan
pengalaman belajar yang sedemikian rupa dapat mengembangkan potensi diri
peserta didik. peserta didik. Keseluruhan pengalaman belajar ini harus terwujud
dalam suasana pembelajaran yang menyenangkan sehingga menimbulkan kegairahan
yang konstruktif. Dalam kaitan ini guru harus mampu mewujudkan perilaku
mengajar yang menyenangkan atau joyful teaching sehingga setiap siswa berada
dalam suasana yang menunjang proses pembelajaran yang bermakna. Model
pembelajaran seperti itu kemudian disebut ”Quantum Teaching” yang banyak
diterapkan dalam berbagai bentuk pembelajaran di berbagai jenis dan jenjang
pendidikan dan telah banyak dirasakan manfaatnya. Penerapan Quantum Teaching
dalam pendidikan merupakan koreksi terhadap praktek-praktek pembelajaran yang
dinilai bersifat kaku, membosankan, menakutkan, dsb. menjadi pembelajaran yanmg
lebih menyenangkan dan bergairah sehingga lebih efektif.
Kata ”quantum”
itu sendiri diambil dari istilah di bidang Fisika yang dikenal dengan teori
quantum. Teori quantum merupakan perkembangan terkini dari dunia fisika sebagai
perkembangan dari teori Fisika Newton. Teori fisika Newton, menekankan pada
benda-benda alam yang nampak atau yang dapat diamati. Menurut teori ini alam
raya fisik itu berupa benda fisik yang nampak, dan benda-benda itu terdiri atas
molekul, molekul terdiri dari atom, dan atom teridiri dari partikel. Dalam
perkembangan selanjutnya ditemukan bahwa ada bagian alam jagat raya yang tidak
nampak akan tetapi merupakan sumber dari terwujudnya benda-benda yang nampak
itu. Menurut teori fisika kuantum, di dalam partikel-partikel itu ada yang
disebut quanta yang di dalamnya mengandung energi vibrasi atau anergi getar..
Quanta ini dan energi getar ini tidak nampak secara fisik akan tetapi merupakan
sumber energi yang luar biasa terhadap timbulnya berbagai gejala alam.
Untuk jelasnya
perhatikan bagan di bawah ini:
. Konsep Fisika quantum mengemukakan teori
proses mengubah energi menjadi cahaya dengan rumus yang terkenal yaitu: E = Mc2,
di mana E=energi, M = massa, dan c = interaksi. Teori tersebut menginspirasi
penerapan dalam proses pembelajaran di mana energi diartikan atusiasme,
efektivitas belajar-mengajar, semangat, massa
diartikan semua individu yang terlibat, situasi, materi, fisik, interaksi
sebagai satu hubungan yang tercipta di kelas. Dengan demikian Quantum Teaching menciptakan lingkungan belajar yang efektif,
dengan menggunakan unsur-unsur yang ada pada siswa dan lingkungan belajarnya
melalui interaksi yang terjadi dalam kelas. Quantum teaching berawal dari
sebuah upaya Dr. Georgi Lozanov seorang pendidik asal Bulgaria yang melakukan
eksperiman dengan sugestologi yang pada prinsipnya menyatakan bahwa sugesti
dapat mempengaruhi hasil belajar. Dalam perkembangan selanjutnya, Bobbi DePorter murid Lozanov mengembangkan
konsep Lozanov menjadi Quantum Learning yang diadopsi dari beberapa teori
seperti teori sugesti, teori otak kanan dan otak kiri, teori otak triune,
pilihan modalitas (visual, auditorial, dan kinestetik) dan pendidikan holistik.
Quantum teaching
berpangkal pada konsep ”Bawalah dunia
mereka ke dunia kita, dan antarkan dunia kita ke dunia mereka”. Hal ini
mengandung makna bahwa pembelajaran yang menyenangkan dan efektif dapat terjadi
apabila ada konggruensi atau kesinambungan antara dunia guru dan dunia siswa.
Pembelajaran dengan quantum teaching tidak hanya menawarkan materi yang mesti
dipelajari siswa akan tetapi lebih jauh dari itu yaitu semua siswa diajarkan
bagaimana menciptakan hubungan emosional yang baik dan sehat dalam proses
pembelajaran. Dengan quantum teaching
pembelajaran berlangsung dengan memfungsikan kedua belahan otak yaitui otak
kanan dan kiri dengan sebaik-baiknya sehingga terjadi satu proses pembelajaran
yang berlangsung secara efektif dalam, suasana yang menggairahkan.
Ada lima prinsip Quantum teaching yang harus
diperhatikan guru yaitu:
1. Segalanya
berbicara, lingkungan kelas, bahasa tubuh, dan bahan elajaran semuanya
menyampaikan pesan tentang belajar;
2. Segalanya
bertujuan, siswa diberi tahu apa tujuan
mereka mempelajari materi yang diajarkan
3. Pengalam
sebelum konsep; pembelajaran
dimulai dari pengalaman guru dan siswa unruk kemudian diperoleh banyak konsep;
4. Akui
setiap usaha; artinya sekecil
apapun usaha siswa haruis diberikan penghargaan;
5. Jika
layak dipelajari, layak pula
dirayakan; artinya siswa harus diberikan penghargaan terhadap setiap langkah.
Selanjutnya
kerangka belajar dengan Quantum Teaching dilakukan dengan prinsip TANDUR sebagai berikut:
1.
TUMBUHKAN: minat akan
untuk belajar
2.
ALAMI: Ciptakan
satu penmgalaman langsung yang dapat dinikmati olerh siswa,
3.
NAMAI: Sediakan
kata kunci, konsep, model, rumus, strategi sebuah masukan;
4.
DEMONSTRASIKAN: Sediakan kesempatan bagi siswa untuk menunjukkan bahwa
mereka memahami;
5.
ULANGI: Tunjukkan
kepada siswa cara mengulang materi yang telah dipelajari;
6.
RAYAKAN: Berikan
pengakuan untuk hal yang telah dilakukan siswa berupa penyelesaian tugas,
partisipasi, dan perolehan ketrampilan dan pengetahuan.
Penerapan quantum teaching menuntut adanya
perubahan peran guru dan siswa dalam
pembelajaran. Peran guru telah
berubah dari: (1) sebagai penyampai pengetahuan, sumber utama
informasi, akhli materi, dan sumber segala jawaban, menjadi sebagai
fasilitator pembelajaran, pelatih, kolaborator, navigator pengetahuan, dan
mitra belajar; (2) dari mengendalikan dan mengarahkan semua aspek pembelajaran, menjadi
lebih banyak memberikan lebih banyak alternatif dan tanggung jawab
kepada setiap siswa dalam proses pembelajaran. Sementara itu peran siswa dalam pembelajaran telah
mengalami perubahan yaitu: (1) dari penerima informasi yang pasif menjadi
partisipan aktif dalam proses pembelajaran, (2) dari mengungkapkan
kembali pengetahuan menjadi menghasilkan dan berbagai pengetahuan, (3) dari pembelajaran
sebagai aktiivitas individual (soliter) menjadi pembelajaran berkolaboratif
dengan siswa lain.
Lingkungan pembelajaran yang di masa lalu
berpusat pada guru harus bergesar menjadi berpusat pada siswa, sebagaimana
digambarkan sebagai berikut:
Lingkungan
|
Berpusat pada guru
|
Berpusat pada siswa
|
Aktivitas kelas
|
Guru sebagai sentral dan bersifat didaktis
|
Siswa sebagai sentral dan bersifat interaktif
|
Peran guru
|
Menyampaikan fakta-fakta, guru sebagai akhli
|
Kolaboratif, kadang-kadang siswa sebagai akhli
|
Penekanan pengajaran
|
Mengingat fakta-fakta
|
Hubungan antara informasi dan temuan
|
Konsep pengetahuan
|
Akumujlasi fakta secara kuantitas
|
Transformasi fakta-fakta
|
Penampilan keberhasilan
|
Penilaian acuan norma
|
Kuantitas pemahaman , penilaian acuan patokan
|
Penilaian
|
Soal-soal pilihan berganda
|
Protofolio, pemecahan masalah, dan penampilan
|
Penggunaan teknologi
|
Latihan dan praktek
|
Komunikasi, akses, kolaborasi, ekspresi
|
CITRA GURU YANG DIHARAPKAN
Sekurang-kurangnya ada sembilan
hal yang menjadi citra guru yang diharapkan untuk mampu mewujudkan ”Quantum
Teaching” yaitu:
- Guru yang memiliki semangat juang yang tinggi disertai
kualitas keimanan dan ketaqwaan yang mantap.
- Guru yang mampu mewujudkan dirinya yang didasari oleh
keterkaitan dan padanan dengan tuntutan lingkungan dan perkembangan iptek.
- Guru yang mampu belajar dan bekerjasama dengan profesi lain.
- Guru yang memiliki etos kerja yang kuat.
Etos kerja merupakan landasan utama bagi kinerja semua aparat
dalam berbagai jenis dan jenjang pendidikan. yang memiliki kejelasan dan
kepastian pengembangan jenjang karir.
- Guru yang memiliki kejelasan
dan kepastian pengembangan jenjang karir.
- Guru yang berjiwa profesionalisme tinggi, dengan ditandai oleh lima
kompetensi sebagai berikut: (1) keinginan untuk selalu menampilkan
perilaku yang mendekati standar ideal. (2) meningkatkan dan memelihara
citra profesi, (3) keinginan untuk senantiasa mengejar kesempatan
pengembangan profesional yang dapat meningkatkan dan memperbaiki kualitas
pengetahuan dan ketrampilannya, (4) mengejar kualitas dan cita-cita dalam
profesi, (5) memiliki kebanggaan terhadap profesinya.
- Guru yang memiliki kesejahteraan lahir dan batin, material dan non-material.
- Guru yang memiliki wawasan masa depan.
- Guru yang mampu melaksanakan fungsi dan peranannya secara terpadu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar